Monday, February 26, 2007

TCC di Fenomena Grafitasi


TOURING BIKER TCC KE G. KELUD: The Long and Winding Road (3/4)

Siksaan terus berlanjut, tanjakan sejauh 2 km bukan jarak yang pendek. Seorang anak muda dengan jersey Team Discovery nampak istirahat sambil duduk di bebatuan tepi jalan. Sebelumnya ia sangat dijagokan reporter anda, karena bapaknya, Pak Edy, dari TCC Mojokerto punya power cukup gede.

Di depan, seorang anak muda TCC Sumenep dengan jersey Flexi kuning merah yang khas, makin jauh meninggalkan reporter TCC. Kami saling mengagumi karena pernah nggenjot bareng di event turing Petung Sewu, Malang.

Napas makin ngos-ngosan, namun teknik bernapas pelari jarak jauh yang diterapkan reporter TCC sangat membantu untuk tetap bertahan di atas sadel. Untuk bisa bertahan, pelari marathon menarik napas dalam dua langkah, dua langkah berikutnya untuk membuang napas, begitu seterusnya dan napas anda akan stabil. Selebihnya adalah semangat juang dan sikap tak mudah menyerah akan membuat kita bertahan. Tentu saja latihan yang cukup menjadi keharusan. ”Sebentar lagi tanjakan agak ekstrem”, kata seorang biker dari TCC Kediri yang sedang beristirahat.

Keringat mengucur deras. Bahkan sampai membasahi kacamata. Air madu, meski madu palsu, sangat membantu karena gula bisa segera mengganti kalori yang terbakar. Puncak Gunung Kelud kian terlihat jelas. Satu dua sepeda motor 2 tak yang naik ke G. Kelud meninggalkan asap yang sangat mengganggu. “Saya nunggu yang jalan, pak”, kata Dalu, fotografer TCC dengan kamera yang siap bidik.

Jalan menikung, di depan menghadang tanjakan yang sangat ekstrem. Argghhhhh…setengah putus asa reporter TCC turun dari sadel dan memilih menuntun sepedanya. Kecepatan melorot di 3,6 km/j. Dua orang biker TCC Malang setelah melewati reporter TCC beberapa meter memilih turun dari sadelnya. Dalam hati reporter TCC merasa bersalah, karena melorotkan semangat biker lainnya.

Jalan sedikit mendatar, reporter anda kembali mengayuh sepedanya. Hanya beberapa meter kemudian di depan sudah nampak puluhan biker lainnya yang asyik bercengkerama di mystery road G. Kelud. Alhamdulillah, berakhir sudah "penderitaan" ini. (bersambung)

TCC Jatim In Action


Touring Biker TCC ke G. Kelud. Tanjakan Ekstrem, Masuk Wilayah An-aerobic (2/4)


Cyclometer menunjukan jarak tempuh 10,5 km. Hmmm…masih 9 km lagi, pikir reporter TCC. Ujung tanjakan masuk ke pertigaan. Kanan ke arah Blitar, kiri G. Kelud. Jalan menurun, meski cuma beberapa meter, cukup untuk mengurangi siksaan.

“Sendirian aja? Dari mana, Mas?”, tanya reporter TCC. “Nganjuk”. “Oh, Pak Yazid ya, wah hebat euy”. Sembari nggenjot dikatakannya kalau dirinya berangkat subuh dari Nganjuk. Sendirian. Staf Infratel Nganjuk ini seorang diri mengelola 10.500 satuan sambungan telepon (sst) di STO Nganjuk yang merupakan sentral remote dari STO Kediri.

Di kejauhan nampak seorang biker berdiri tegak memperhatikan kami yang baru tiba. Pos I. Di sini sudah beristirahat 6 orang biker lainnya. “Silahkan, pak. Sarapan nasi pecel dulu”, sambut salah seorang Panitia dengan ramah. “Terima kasih”, timpal reporter TCC yang memilih minum karena masih tersisa 2 km tanjakan ekstrem di kawasan wisata G. Kelud. “Gak sarapan, Oom?” tanya Gigih, keponakan yang ikut bergabung dalam turing ini. “Kalau ada, makan pisang jauh lebih baik,” jawab reporter TCC seraya memberitahu rute tanjakan ekstrem yang masih harus ditaklukkan.

Setelah istirahat yang cukup lama di Pos I tepat di gerbang kawasan wisata G. Kelud, rute turing berlanjut masuk ke ujian yang sesungguhnya. Tanjakan ekstrem menuju puncak G. Kelud. Penyelenggara menginformasikan turing hanya sampai di mystery road G. Kelud saja. Sekitar 2 km dari Pos I atau 6 km sebelum puncak G. Kelud dengan ketinggian 1.731 m.

Tanjakan ekstrem yang langsung menghadang membuat napas beberapa saat berada di wilayah an-aerobic. Kecepatan melorot sampai di 6,3 km/j. Beberapa biker nampak kedodoran. Mobil pick-up Penyelenggara terus berseliweran mengangkut biker yang putus napas. Mungkin lebih tepat disebut putus semangat, mengingat rata-rata sepeda para biker TCC ini sudah dilengkapi antara 18-21 variasi kecepatan (speed). Tetapi kondisi ini bisa dimengerti karena teknik antisipasi tanjakan dan keputusan cepat untuk menekan shifter berpindah ke gigi yang lebih ringan amat sangat menentukan. Terlambat sedikit saja, torsi langsung melorot. Kalau dipaksakan salah-salah otot paha bisa kram. (bersambung)

Sunday, February 25, 2007

TCC Sumenep In Action


Touring Biker TCC ke G. Kelud. Jalan Landai Membakar Kalori (1/4)


Turing Telkom Cycling Club (TCC) Jawa Timur kali ini (24/2) dilakukan di kawasan Gunung Kelud. Diikuti oleh sekitar 90 orang biker dari beberapa daerah di Jatim, antara lain Sumenep, Nganjuk, Mojokerto, Madiun, Malang dan Surabaya. Acara turing diawali dengan pengantar dari Manager Komunikasi Telkom Jatim, Djadi Soegiarto, di halaman Sentral Telepon Otomat (STO) Wates, mewakili Ketua TCC, Efendi, yang berhalangan hadir karena acara keluarga yang tak dapat ditinggalkan. Setelah sedikit acara seremonial turing ke G. Kelud diberangkatkan tepat pukul 07.15. Jalanan di kota kecamatan yang berjarak 20 km arah Timur dari Kediri yang berpenduduk 82.449 orang pagi itu sudah cukup ramai. Para biker nampak mengayuh sepedanya sedikit perlahan, menikmati pemandangan kota yang semalam diguyur hujan. Jersey hijau dengan logo Speedy, Flexi dan SLI-007 yang dikenakan bikers TCC mau tak mau menyita perhatian warga kota kecamatan dengan luas wilayah 7.658 Ha itu. Berbekal informasi dari Penyelenggara bahwa turing ini akan menempuh sekitar 40 km dan beberapa waktu sebelumnya pernah ke G. Kelud, reporter TCC memilih mengayuh sepedanya dengan konstan di kecepatan 17-18 km/j. Strategi ini dipilih karena jalan menuju G. Kelud cederung menanjak dan landai. Cukup menguras tenaga dan sedikit “menyesatkan” bagi yang tak paham karakter jalan ke tujuan. Terutama bila power dan napas anda pas-pasan. Hemat tenaga itulah kuncinya. 12 km dari start, kita langsung memasuki Kecamatan Ngancar. Tanjakan, meski masih tetap landai, kini derajat ketinggiannya sedikit lebih tinggi. Kecepatan dijaga di 13-14 km/j. Beberapa biker yang saat start terlihat bernafsu memacu sepedanya, nampak mulai kedodoran. Dengus napas mulai terdengar. Keringat pun mulai membasahi punggung dan menetes di kelopak mata. Toh, pemandangan desa yang asri tetap membuat para biker tetap semangat untuk terus di atas sadel. Pohon Lamtoro Gung yang menjulang tinggi di kiri dan kanan jalan yang tertata, membuat lanskap yang indah. Jalan yang menanjak berkepanjangan, meski landai, tetap menyiksa otot paha. Dua orang fotografer nampak serius mengabadikan momen turing yang hanya dilakukan sebulan sekali ini. “Dari mana, pak?”, tanya reporter TCC kepada seorang biker yang mengayuh Giant XTCnya dengan penuh tenaga. “Mojokerto”, jawab biker setengah baya yang ternyata bernama Edy tersebut. Ya, inilah manfaat turing. Kami yang sebelumnya hanya kenal di milis, dapat bertatap muka, saling mengenalkan diri. (bersambung)